Opini Publik

OLAHRAGA SAATNYA DIPERHATIKAN.
Gelaran Asian Games 2010, sudah didepan mata. Kontingen Indonesia tentunya telah siap untuk terjun dalam arena 4 tahunan yang kali ini digelar di negeri tirai bambu Tiongkok. Lebih dari 200 atlet dan 70 offisial diberangkatkan ke Guangzhou China untuk bertanding dan siap mengibarkan sang saka merah putih dipuncak tertinggi multievent antar negara negara di Asia. Target tentu sudah dibebankan kepada seluruh kontingen yang dikirim. 4 medali emas. Ya itulah targetnya, miris memang melihat kita "hanya" berani menargetkan 4 medali emas. tapi itulah kondisi real yang terjadi saat ini, kekuatan kita hanya sampai disitu. melihat gelaran asian games edisi lalu di Doha, Qatar kita hanya mendapat 2 medali emas dari cabang Bulutangkis dan Bowling. 2 cabang ini kembali akan diberi beben untuk memboyong medali emas ke tanah air. Bulutangkis, Bowling, Atletik, dan Angkat Besi menjadi cabang unggulan tim tanah air untuk memboyong 4 medali emas yang ditargetkan. Melihat itu, semua apakah kita yakin dengan kekuatan cabang unggulan tersebut, yah, sudah seharusnya kita jawab yakin. Bulutangkis misalnya, akan diperebutkan 7 medali emas. seharusnya kita bisa merebut lebih dari 3 emas dari cabang ini, apa alasannya, sektor putra masih menjadi andalan dari kontingen bulutangkis kita, ada 3 medali emas dari sektor putra saja, satu lagi kita masih mempunyai disektor mix double. Namun, sepertinya itu sulit terjadi saat ini, kondisi tim bulutangkis kita dalam masa sulit dan paceklik gelar. Dari serangkaian event bulutangkis, kita masih sangat minim, kondisinya terjadi kemarin malam. di dalam gelaran event denmark super series, Taufik Hidayat dan Markis Kido/Hendra Setiawan gagal di final. Padahal 2 pemain ini menjadi salah satu kandidiat kuat untuk membawa pulang emas dari China. Kepercayaan itu bisa saja terrealisasi jika Asian Games digelar 2 atau 3 tahun yang lalu. Kondisinya sekarang meraka tidak dalam kondisi yang fit atau perform yang baik. Tapi ya sudahlah, kita lihat saja kontingen kontingen kita berjuang di arena Asian Games medio November mendatang. Kita hanya bisa memberikan kepercayaan diri kepada mereka dan doa serta dukungan kepada mereka. Hidup olahraga Indonesia.


SAATNYA MELIHAT KEBELAKANG
            Menengok kembali sejarah persatuan Indonesia, tidak akan pernah lepas dan tidak boleh lepas dari peristiwa yang namanya Sumpah Pemuda. Suatu keadaan dimana seluruh bagian dari masyarakat yang ingin menjadi satu, menjadi bebas, ,menjadi merdeka, berkumpul menjadi satu untuk suatu kesepakatan sacral yang menjadi dasar dari persatuan Negara yang sekarang kita tempati ini. Satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa.
            Tahun 1928. Belum ada yang namanya Indonesia. Semua masih berucap dengan bahasa ibunya masing masing. Yang mereka kenal hanya bekerja untuk hidup atau mati karena melawan hak yang ditindas oleh mereka yang mengaku hanya sebatas ingin berkepentingan dagang. Tapi setidaknya mereka sadar akan kesamaan dari kebutuhan mereka. Yaitu ingin hak – hakn mereka untuk hidup sebebas merpati tanpa diperbudak oleh merek yang tidak pernah memandang kaum bumi putera setara dengan mereka. Begitu bangay tekanan, begitu banyak perbedaan, dan begitu banyak masalah. Namun, dari keadaan seperti inilah justru peristiwa persatuan yang begitu bersejarah dan bermakna bagi sebuah negeri yang masih tercerai berai pada saat itu muncul.
            Tahun 2010, Indonesia sudah setengah abad lebih berdiri, membentang sepanjang 5120 x 103 km2. Negara yang bersatu dengan bahasa Indonesia sebagai medianya. Bhineka TunggalIka sebagai semboyannya, dan Garuda Pancasila sebagai simbolnya bersama Sang Saka Merah Putih sebagai harga dirinya. Tapi yakin sudah bersatu? Harusnya kalau kita sudah bersatu, kita lebih kuat dari tahun 1928. Tapi kenapa negeri ini masih seperti ini ? masih belum mandiri dengan energinya, masih dijarah kekayaan alamnya, dan bahkan masih diludahi mukanya oleh tetangganya sendiri dimuka pergaulan Internasional!. Seperti ini yang namanya bersatu?
            28 Oktober 1928, 3 kalimat pembakar semangat perjuangan dibacakan, 3 stanza lagu penggugah nurani diperdengarkan, 71 orang pengikrar mewakili Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betwai, dll, berdiri tegak dengan hati yang teguh untuk bersatu, untuk makin kuat agar lahir kondisi yang mereka dan jutaan orang lainnya di hamparan zamrud khatulistiwa bisa merasakan yang namanya merdeka. Dan 16 tahun 8 bulan 20 hari kemudian, jerih payah mereka terbayarkan, Indonesia lahir.
            Beberapa hari, sebelum 28 Oktober 2010 hari ini, adalah Indonesia dijajah kembali oleh pemuda pemudinya sendiri. Mereka tidak mau memikirkan negara, memikirkan jerih payah pahlawan – pahlawannya, memikirkan jati dirinya. Malu, adalah kata yang harusnya terlintas dalam pikiran kita semua. Sakit, adalah rasa yang harusnya yang ada di hati kita. Dan, kehancuran adalah masa depan ibu pertiwi. Tapi, bung mas, mba, a’, the, bang, ncing, daeng, bli, umbu, uda, uni, kakak, adik, dan siapapun yang masih ingat bahwa dalam nadinya masih mengalir darah Indonesia, bahwa harapan adalah penyelamat martabat dan harga diri secara keberlangsungan hidup terhormat dari ibu pertiwi, dan itu ada ditangan kita. Masih adakah semangat pemuda pemudi negeri kepulauan tanpa nama diantara dua samudra di khatulistiwa 102 tahun silam disanubari kita? Dia, lelaki yang mengucap proklamasi, yang dalam dadanya hanya ada Indonesia, mulai dari tanah, air, laut, udara, semuanya, termasuk kau dan aku, pernah berkata, “Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 21/2 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita – cita”. BANGULAH SEKARANG WAHAI PEMUDA.