
Sate Klopo ini bukan terbuat dari kelapa, melainkan potongan daging sapi yang dibakar dan diberi baluran kelapa. Jadi parutan tipis kelapa bukannya dicampur di dalam potongan daging sapi, namun bertindak seakan-akan sebagai selimut.
Ada pilihan nasi atau lontong untuk menemani menyantap Sate Klopo. Uniknya, di piring lontong atau nasi juga terdapat poya atau serundeng. Poya ini terbuat dari kelapa yang diparut halus dan diberi bumbu. Setelah itu kelapa disangrai dan ditumbuk. Rasanya tidak manis layaknya serundeng yang menggunakan gula jawa sebagai salah satu bumbunya. Selain daging, Anda bisa memilih bagian sapi lainnya seperti sumsum, lemak, otot, atau usus untuk dijadikan Sate Klopo.
Saat menyantap Sate Klopo ini, tekstur daging sapi sangat lembut sehingga mudah dikunyah. Tambahan lagi aroma harum kelapa yang melintas di hidung saat mengunyah sate, rasanya satu porsi satai tidak akan cukup. Benar-benar wuenak tenan, Rek!
Bumbu kacang sebagai siraman satai pun menambah kenikmatan. Rasa bumbu kacang tidak terlalu manis dan rasa pedasnya pun tak terlalu menghentak. Tapi, ada beberapa cabai utuh yang menyertai saus kacang ini yang bisa Anda tambahkan jika Anda memang doyan pedas.
Menurut Ibu Asih, rumah makan ini merupakan usaha keluarga yang sudah ada sejak tahun 1945. "Awalnya ibu mertua saya yang memulai," kata Ibu Asih sambil terus sibuk meracik bumbu kacang.
Karena rumah makan ini buka dari jam 06.30, sejak jam 01.00 dini hari Ibu Asih dan karyawannya sudah sibuk mempersiapkan bahan baku. Pengunjung bisa menikmati Sate Klopo hingga rumah makan tutup pada pukul 23.00. Walaupun jam bukanya sangat panjang, tempat ini selalu ramai pengunjung. Tak heran, menurut Ibu Asih, dalam sehari omzetnya bisa mencapai Rp 17 juta.
Untuk menikmati hidangan ini, Anda cukup merogoh kocek Rp 16.000 untuk satu porsi Sate Klopo dengan tusukan yang berisi daging semua. Tambahkan Rp 3.000 jika Anda menyantapnya dengan lontong.
No comments:
Post a Comment