Friday, December 31, 2010

Merebut Momentum

WAKTU pada hakikatnya adalah momentum. Itu jika kita memiliki visi ke depan dan sanggup menerjemahkannya dengan kerja keras. Karena itu, setiap pergantian tahun sejatinya adalah upaya merebut momentum menuju perubahan. Hal itu pula yang mestinya muncul ketika dalam hitungan jam, kita akan memasuki 2011.

Apalagi, 2011 merupakan tahun pertama dasawarsa kedua abad ke-21. Bagi banyak bangsa, awal dasawarsa sering dimaknai sebagai momentum menuju lompatan besar.

Brasil, Rusia, India, dan China yang kini menjadi raksasa ekonomi dunia memulai tonggak perbaikan ekonomi mereka di awal dasawarsa. Brasil, misalnya, memperkenalkan pendekatan baru yang disebut ekonomi pasar sosial pada 1991. Sebuah pendekatan kerakyatan, yang tidak membiarkan ekonomi pasar tanpa kontrol.

Hasilnya ekonomi Brasil melesat. Pendapatan per kapita Brasil US$8.040, atau tiga kali lipat pendapatan per kapita Indonesia yang berada di kisaran US$2.700.

Padahal, 30 tahun lalu, pendapatan per kapita negara berpenduduk 200 juta jiwa itu baru US$1.000. Brasil juga mampu mengangkat 29 juta jiwa penduduk keluar dari kemiskinan.

Hal serupa dilakukan India, yang ekonominya tumbuh fantastis dan mencatat rekor pertumbuhan tercepat kedua setelah China. Kunci kesuksesan kemajuan ekonomi India terletak pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kota Bangalore telah menjadi pusat teknologi informasi dunia. Bahkan, India dikenal sebagai pemasok pekerja ahli di dunia.
Pada awal dasawarsa pertama abad ke-21, dari 150 ribu pekerja asing di perusahaan IT Amerika Serikat, sebanyak 60 ribu di antaranya para pakar software dari India.

Lalu, bagaimana dengan ekonomi Indonesia pada 2011? Mampukah bangsa ini merebut momentum strategis awal dasawarsa?

Jawaban atas semua pertanyaan itu kembali kepada kemampuan, kemauan, dan ketabahan para pemangku kepentingan di negeri ini untuk merebut kesempatan. Jalan menuju perekonomian yang menjanjikan sudah mulai tertata pada 2010.

Capaian indikator makroekonomi menunjukkan hal itu. Pada 2010, hingga kuartal ketiga ekonomi kita tumbuh 5,8%. Ekspor kita juga tumbuh 15%, melebihi target pemerintah di 10%.

Cadangan devisa kita juga sudah mencapai lebih dari US$90 miliar dan mencatat rekor sejarah sejak Republik ini berdiri.
Kalaupun ada yang mengkhawatirkan, itu adalah pertumbuhan impor yang tinggi, yakni 17%, serta inflasi 6% yang meleset dari target.

Banyak yang optimistis pertumbuhan ekonomi kita pada 2011 bisa lebih tinggi. Syaratnya pemerintah sanggup, bisa, dan konsisten memperbaiki pekerjaan rumah yang masih menumpuk.

Masalah penyediaan infrastruktur, penanganan korupsi, pembenahan birokrasi, peningkatan daya saing nasional, dan penyerapan anggaran merupakan problem serius yang tidak kunjung diselesaikan. Selain itu, tingkat pertumbuhan penduduk yang 1,49% masih tergolong tinggi. Untuk Indonesia idealnya 1,2%.

Jika pekerjaan rumah itu tidak diselesaikan, momentum perubahan akan lewat. Kita hanya akan menjadi bangsa penonton yang bersorak melihat bangsa-bangsa lain melesat. 
Source : Editorial MI (31 Desember 2010)

No comments:

Post a Comment