Konferensi internasional Liga Universitas Islam sedunia yang digelar di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam, Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, selama 9-11 Januari 2011 melahirkan beberapa rekomendasi. Ketua Konferensi Internasional Universitas Islam II yang juga Pembantu Rektor Bidang Kerjasama Internasional ISID Amal Fathullah Zarkasyi menjelaskan, salah satu rekomendasi adalah mengusulkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa internasional di negara-negara Islam selain bahasa Arab.
“Bahasa Indonesia perlu menjadi bahasa intelektual bagi negara-negara Islam. Sebab selain di Asia yang satu rumpun Melayu, bahasa Indonesia juga banyak dipelajari di Timur Tengah,” katanya, Rabu (12/1).
Menurut Amal, pembelajaran bahasa Indonesia di negara-negara Islam, terutama di Timur Tengah sebenarnya sudah dimulai. “Beberapa negara di Timur Tengah telah membuka jurusan Bahasa Indonesia seperti di Mesir dan Syiria,” ujarnya.
Hubungan baik antara Indonesia dengan negara-negara Islam di Timur Tengah memang membawa dampak positif dalam bidang komunikasi bahasa dan bidang kehidupan lainnya. “Selain untuk kepentingan pendidikan, pembelajaran bahasa Indonesia di sana juga untuk kepentingan wisata, budaya, dan perdagangan. Makanya pembelajaran Bahasa Indonesia di Timur Tengah harus semakin digalakkan,” ucapnya.
Selain merekomendasikan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, konferensi juga menghasilkan sejumlah rekomendasi lainnya, yakni gerakan terjemahan karya tulis berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab.
“Selama ini sudah banyak karya tulis berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Nah sekarang kebalikannya, terjemahan karya tulis berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab perlu ditingkatkan agar karya kita dibaca orang-orang di sana,” paparnya.
Rekomendasi yang juga tidak kalah penting adalah Indonesia perlu mendapat perhatian yang lebih besar dalam pembelajaran bahasa Arab; mendorong suasana yang kondusif untuk dialog antar peradaban dan antar agama untuk membangkitkan peradaban Islam; serta perlu pembelajaran mendalam dan kritis terhadap orientalisme untuk melihat Islam dari sudut pandang orientalis.
Konferensi internasional bertajuk “Membangun Budaya Ilmiah Bersama Universitas di Asia” tersebut diikuti profesor dan cendekia universitas Islam dari 12 negara. Dari Timur Tengah, di antaranya Mesir, Arab Saudi, Syiria, Libya, Yaman, Turki, Qatar, Kuwait; Negara-negata di Asia, seperti Pakistan, India, Malaysia dan Indonesia –yang bertindak sebagai tuan rumah, serta Australia. ISHOMUDDIN.
Sumber: Tempo Interaktif
“Bahasa Indonesia perlu menjadi bahasa intelektual bagi negara-negara Islam. Sebab selain di Asia yang satu rumpun Melayu, bahasa Indonesia juga banyak dipelajari di Timur Tengah,” katanya, Rabu (12/1).
Menurut Amal, pembelajaran bahasa Indonesia di negara-negara Islam, terutama di Timur Tengah sebenarnya sudah dimulai. “Beberapa negara di Timur Tengah telah membuka jurusan Bahasa Indonesia seperti di Mesir dan Syiria,” ujarnya.
Hubungan baik antara Indonesia dengan negara-negara Islam di Timur Tengah memang membawa dampak positif dalam bidang komunikasi bahasa dan bidang kehidupan lainnya. “Selain untuk kepentingan pendidikan, pembelajaran bahasa Indonesia di sana juga untuk kepentingan wisata, budaya, dan perdagangan. Makanya pembelajaran Bahasa Indonesia di Timur Tengah harus semakin digalakkan,” ucapnya.
Selain merekomendasikan pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, konferensi juga menghasilkan sejumlah rekomendasi lainnya, yakni gerakan terjemahan karya tulis berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab.
“Selama ini sudah banyak karya tulis berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Nah sekarang kebalikannya, terjemahan karya tulis berbahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab perlu ditingkatkan agar karya kita dibaca orang-orang di sana,” paparnya.
Rekomendasi yang juga tidak kalah penting adalah Indonesia perlu mendapat perhatian yang lebih besar dalam pembelajaran bahasa Arab; mendorong suasana yang kondusif untuk dialog antar peradaban dan antar agama untuk membangkitkan peradaban Islam; serta perlu pembelajaran mendalam dan kritis terhadap orientalisme untuk melihat Islam dari sudut pandang orientalis.
Konferensi internasional bertajuk “Membangun Budaya Ilmiah Bersama Universitas di Asia” tersebut diikuti profesor dan cendekia universitas Islam dari 12 negara. Dari Timur Tengah, di antaranya Mesir, Arab Saudi, Syiria, Libya, Yaman, Turki, Qatar, Kuwait; Negara-negata di Asia, seperti Pakistan, India, Malaysia dan Indonesia –yang bertindak sebagai tuan rumah, serta Australia. ISHOMUDDIN.
Sumber: Tempo Interaktif
No comments:
Post a Comment